Berkaitan dengan pembahasan tentang pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Nasionalisme dan Patriotisme. Melalui pembelajaran ini, kami pihak mahasiswa tidak belajar dikelas, langsung terjun menuju berbagai macam museum yang ada di Indonesia supaya dapat merasakan bagaimana rasa nasionalisme dan patriotisme tertanam di dalam mahasiswa/I yang sekarang telah tergerus dengan adanya jaman modern. Dirasakan bahwa kurangnya rasa cinta tanah air dan bangsa sendiri dari tontonan, dari budaya, dan sebagainya.
Kali ini saya menceritakan dari awal hingga akhir perjalanan saya bersama kelompok dengan anggota bernama Ayu Nurfatma, Diaz Aulia, Gilang Arya, Hilman Maulana, M. Ridwan dan Suryo Prayogo menuju Museum Joang ’45. Lokasi bisa di cek melalui google maps bagi yang ada smartphone dan menggunakan internet. Letak pasti dari Gedung Joang ’45 adalah di Jl. Menteng Raya No.31, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340. Waktu kunjungan dari tempat ini adalah 9.00 – 15.00 WIB. Sangat mudah mengakses tempat bersejarah ini, kurang dari 1 jam perjalanan dan dengan harga murah. Jangan lupa jika kita ketempat bersejarah perlu membawa kamera handphone namun tidak menggunakan cahaya atau blitz dalam pengambilan gambar karena beberapa barang sejarah akan rusak jika terkena cahaya langsung dari kamera. Selalu berhati-hati dalam perjalanan, jaga barang milik sendiri agar tidak terjadi tindak kejahatan. Di tempat bersejarah juga, kita harus menjaga sikap serta perbuatan kita, seperti jangan duduk atau jangan memegang karena peraturan dibuat agar barang sejarah terjaga dari kerusakan supaya dapat dinikmati oleh anak dan cucu kita kelak. Itulah sedikit pesan sebelum dan sesudah ke tempat bersejarah.
Alat transportasi yang digunakan oleh kami ketika itu adalah CommuterLine dengan tujuan Stasiun Gondangdia. KRL dari arah Bogor, naiklah tujuan Jakarta Kota, atau dari Bekasi menuju Jakarta Kota.
Dengan biaya 2 ribu rupiah dari Depok-Gondangdia. Setelah sampai di stasiun Gondangdia, berjalanlah atau naik alat transportasi seperti ojeg atau bajaj. Karena jarak yang cukup dekat dapat diakses dengan berjalan, dengan waktu tempuh 10 menit. Pesan jangan datang terlalu siang, karena ketika kami kesana pada waktu siang, sangat terasa lelah dan membakar kulit ketika berjalan. Untuk alat transportasi lain bisa di searching di google karena harga bbm naik, maka harga naik kendaraan dengan bahan bakar solar dsb akan mengalami kenaikan, selain itu kami belum tahu akses menuju kesana selain menggunakan kereta.
Diatas merupakan tiket kami ke museum Gedung Joang ’45. Biaya untuk masuk kedalam museum adalah Rp 3000 untuk mahasiswa/I, untuk dewasa atau umum Rp 5000 dan untuk anak-anak tiket di bandrol seharga Rp 2000. Supaya lebih murah ajak kerabat, sahabat, teman, ataupun keluarga hingga mencapai min 30 orang dalam satu rombongan. Ketika masuk ke dalam pintu utama, kita langsung di sambut oleh foto-foto dari panitia 9 yang sangat berperan dalam hal kemerdekaan Indonesia seperti gambar di bawah ini.
Masuk ke sebelah kiri terdapat ruang pendahuluan yang menceritakan sejarah singkat bangunan yang sekarang menjadi Museum Joang ’45. Untuk lebih memahami yang saya ceritakan, saya akan memberikan beberapa foto dari isi museum agar pembaca tidak membayang bayang seperti apa dan bagaimana museum yang ada.
Beberapa lukisan bersejarah pun menghiasi sebagian museum. Beberapa hal yang menarik adalah terdapat kumpulan koran-koran zaman dahulu sebelum merdeka dan sesudah merdeka. Tulisan yang masih belum baku yang menggunakan ejaan dahulu dapat kita lihat di museum ini selain beberapa foto-foto sejarah lainnya.
Terdapat pula patung-patung para pahlawan kemerdekaan seperti Sukarni, Adam Malik, SK Trimurti dan lain sebagianya. Terdapat pula mesin jahit yang dipakai untuk memperbaiki dan membuat seragam tentara ketika berjuang di masa kemerdekaan. Terdapat pula senjata-senjata yang dibuat oleh orang pribumi untuk memperkuat pertahanan dan keamanan Negara. Semangat para pengunjung jika mendalami setiap benda, lukisan maupun foto yang menggambarkan perjuangan para pahlawan dalam membela tanah air hingga akhir hayat. Yang membuat tersentak adalah terdapat lukisan yang menceritakan ibadah yang harus siaga pula terhadap penjajahan, prajurit bergantian untuk sholat dan saling menjaga para prajurit yang sedang sholat. Begitu perjuangan para pahlawan dalam membela Negara namun tetap menjalankan syariat agama. Bagi yang ingin menonton film perjuangan, di dalam museum pun terdapat ruang auditorium yang cukup untuk 30 orang. Namun ketika kita datang, auditorium tidak dalam keadaan aktif. Terdapat pula patung dua proklamator kita Bapak Ir. Soekarno dan Moh. Hatta di ruang foto yang menyediakan tempat foto bersama dengan dua orang hebat tersebut. Selain itu terdapat pula meja kerja Moh. Hatta beserta buku kumpulan pidato Moh. Hatta. Di samping meja kerja Moh. Hatta terdapat replika Kapal bersejarah yaitu USS Renville. Di luar museum tepatnya di belakang Museum terdapat rumah yang berisikan mobil-mobil keren. Kenapa dibilang keren? Ini dikarenakan mobil yang berada di dalam rumah tersebut adalah mobil pertama kepresidenan yang dinaiki oleh Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno dan Wakil presiden pertama yaitu Moh. Hatta. Di bawah ini sebagian foto untuk memberikan gambaran kepada pembaca terhadap Museum Gedung Joang ’45.